Toedenhoefer Adalah Jurnalis Barat Pertama Diterima ISIS

Setelah berunding selama tujuh bulan lamanya, Juergen Todenhoefer menjadi wartawan pertama yang diterima ISIS dan mengunjungi Mosul, kota terbesar di Irak, dengan leluasa.
Situs deutsche welle melaporkan Todenhoefer baru saja kembali ke Jerman. Kepada tz.net, Todenhoefer mengatakan banyak hal tentang ISIS.


"ISIS lebih kuat dan berbahaya dari yang kita ketahui," ujar Toedenhoefer.


Toedenhoefer tidak sendirian datang ke Mosul, tapi bersama seorang putranya. Ia diijinkan mengunjungi fasilitas militer ISIS, dan melihat langsung peralatan perang kelompok jihadis itu.


Sebagai promosi atas laporan bertajuk 10 Hari di Negara Islam, wartawan berusia 74 tahun itu mengatakan ISIS mendapat dukungan publik luar biasa di semua wilayah yang dikuasainya.


ISIS, menurut Toedenhoefer, saat ini menguasai wilayah lebih besar dari Inggris.


"Hampir seluruh penduduk menyambut ISIS di Mosul, dan wilayah-wilayah yang dikuasai. Sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya," ujar Todenhoefer.


Setiap hari, masih menurut Todenhoefer, ratusan pejuang baru tiba dari berbagai belahan dunia. Seluruh pejuang dipersatukan tujuan sama; melakukan pembersihan agama terbesar dalam sejarah.


"Saya melihat semua yang mengerikan. Itu pula yang menjadi perhatian saya saat berunding dengan petinggi ISIS," ujar Todenhoefer, yang sempat satu hotel dengan James Foley -- wartawan AS yang dipenggal ISIS -- di Benghazi, Libya.

Selama di Mosul, Todenhoefer tidur bersama tentara di lantai beralas apa saja, atau kasur plastik, di sebuah barak yang dibangun untuk melindungi pasukan dari serangan bom. Todenhoefer menyaksikan langsung pemboman AS dan koalisi, dan dia mengatakan; "Efek pemboman hanya sedikit."

"Setiap kali bom dijatuhkan, jumlah serdadu ISIS bukan berkurang tapi meningkat," ujar Todenhoefer..


Di akhir wawancara, Todenhoefer mengatakan; Jika tidak ada perang Irak yang dilancarkan George Bush, tidak akan pernah ada ISIS." 
sumber: atjehcyber.net

Baca Juga:
Parade Besar-besaran Militer HAMAS
Pelaku Pembunuh 2 Polisi New York Diduga Gengester Berbahaya 
Polisi Anti Islam Diseret Kepengadilan 

Berita Terbaru