Menurut Keterangan Makmun (50) pemilik rumah kontrakan, biaya sebesar Rp 700 ribu tersebut sudah termasuk biaya listrik dan air.
"Rp 700 ribu sudah semuanya tinggal nempatin aja. Dia aja bawa pendingin ruangan (AC) enggak kami mintai bayaran lagi," ujar Makmun, Senin (1/12).
Ia menjelaskan sehari-harinya ketiga penghuni kontrakan tersebut cenderung tertutup kepada para tetangga. Untuk aktivitasnya ada dua kendaraan roda dua merk Honda Revo yang biasa digunakan BJ penghuni kontrakan pertama untuk bepergian.
"Jadi ada dua motor, satu ditaruh di kontrakan satu lagi dibawa oleh BJ katanya ke kantor untuk bekerja," ujar Makmun.
Saat penggerebekan yang berujung baku tembak tersebut, Edi diberondong tembakan di kamar mandi kontrakan berukuran 4x3. Hal itu kata Makmun lantaran Edi mencoba kabur saat disergap polisi.
"Jadi saya sih taunya dia mau kabur dari plafon kamar mandi. Sayangnya plafonnya tak bisa dibuka, hasilnya polisi nembak di kamar mandi. Tuh ada 3 bekas peluru di tembok kamar mandi, plafon saya dijebol juga tuh," kata Makmun.
Beberapa hari sebelumnya juga tak ada orang mencurigakan yang mengintai kontrakan milik kakaknya tersebut. Syahrop (49) tetangga ketiga pelaku tersebut juga tak ada rasa curiga saat mereka mengontrak rumah tersebut. Apalagi kalau bicara juga tak pernah terdengar, atau ada ribut-ribut.
"Enggak ada yang aneh sebelum kejadian, aktivitas disini normal. Sampai jam 00.00 semalem aja enggak ada apa-apa, saya belum tidur," ujar Syahrop.
Ia mengetahui pada pagi harinya, bahwa ternyata sebelum mengicar rumah kontrakan tersebut, sejumlah lapak rongsokan yang berada di Kampung Sawah Balong juga diperiksa terlebih dahulu.
"Iya katanya mereka cerita, malam-malam dibangunin terus ditanyai Densus. Mereka nyari ada yang berasal dari Sulawesi enggak. Ternyata enggak ada, dan sampailah di rumah kontrakan kakak saya," tuturnya.
Ia mengatakan, sepengetahuan dirinya total ada 12 unit mobil Densus yang diturunkan. Semua mobil tersebut diparkir di lapangan dekat lapak-lapak yang ada di dekat kontrakan Edi.
"Iya saya tahunya ada 12 unit mobil, terus polisinya dari Densus, makanya saya takut baru ada kejadian kayak gini seumur-umur," pungkasnya.(Wahyu Tri Laksono)asal Palembang yang ditembak mati di kawasan Kampung Sawah Balong RT 06 RW 04, Srengseng, Jakarta Barat sempat menempati rumah kontrakan dengan harga Rp 700 ribu per bulan.
Hal itu diungkapkan Makmun (50) pemilik rumah kontrakan. Menurutnya biaya sebesar Rp 700 ribu tersebut sudah termasuk biaya listrik dan air.
"Rp 700 ribu sudah semuanya tinggal nempatin aja. Dia aja bawa pendingin ruangan (AC) enggak kami mintai bayaran lagi," ujar Makmun, Senin (1/12).
Ia menjelaskan sehari-harinya ketiga penghuni kontrakan tersebut cenderung tertutup kepada para tetangga. Untuk aktivitasnya ada dua kendaraan roda dua merk Honda Revo yang biasa digunakan BJ penghuni kontrakan pertama untuk bepergian.
"Jadi ada dua motor, satu ditaruh di kontrakan satu lagi dibawa oleh BJ katanya ke kantor untuk bekerja," ujar Makmun.
Saat penggerebekan yang berujung baku tembak tersebut, Edi diberondong tembakan di kamar mandi kontrakan berukuran 4x3. Hal itu kata Makmun lantaran Edi mencoba kabur saat disergap polisi.
"Jadi saya sih taunya dia mau kabur dari plafon kamar mandi. Sayangnya plafonnya tak bisa dibuka, hasilnya polisi nembak di kamar mandi. Tuh ada 3 bekas peluru di tembok kamar mandi, plafon saya dijebol juga tuh," kata Makmun.
Syahrop (49) tetangga ketiga pelaku juga tak ada rasa curiga saat mengontrak di rumah tersebut. Apalagi kalau bicara juga tak pernah terdengar, atau ada ribut-ribut. Beberapa hari sebelumnya juga tak ada orang mencurigakan yang mengintai kontrakan milik kakaknya tersebut.
"Enggak ada yang aneh sebelum kejadian, aktivitas disini normal. Sampai jam 00.00 semalem aja enggak ada apa-apa, saya belum tidur," ujar Syahrop.
Ia mengetahui pada pagi harinya, bahwa ternyata sebelum mengicar rumah kontrakan tersebut, sejumlah lapak rongsokan yang berada di Kampung Sawah Balong juga diperiksa terlebih dahulu.
"Iya katanya mereka cerita, malam-malam dibangunin terus ditanyai Densus. Mereka nyari ada yang berasal dari Sulawesi enggak. Ternyata enggak ada, dan sampailah di rumah kontrakan kakak saya," tuturnya.
[Tribunews.com]

